Tampilkan postingan dengan label AQIDAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AQIDAH. Tampilkan semua postingan

DASAR RIAYYAN DAN SHOUM 6 HARI DIBULAN SYAWAL

DASAR RIAYYAN DAN SHOUM 6 HARI DIBULAN SAWWAL
Hadist Nabi Saw. "likulli syaiin baabun wamin baabbil jannati fayaquulu arroyyan laa yadkhuluhaa illa bishooimin"
"Setiap sesuatu itu ada pintunya dan sebagian pintu syurga dinamakan arroyyan tak dapat memasuki pintu tersebut kecuali orang yang Puasa"
sehingga masyarakat jawa pada umumnya di syawal akan membuka pintu pintunya sama riayyan.
adapun puasa 6 hari di bulan syawal
"Man shouma Romadhoonu stumma shouma sitta min sawwaalin ghufirollohu maa taqodamma min dhambika"
"Barang siapa yang puasa dibulan Romadhon kemudian dilanjut dengan puasa enam hari dibulan syawaal maka Alloh akan mengampuni segala dosa dosanya yang telah berlalu"
maka ia akan menjadi sempurna kaffah tersingkapnya hijab antara kholiq dan makhluq sehingga para muslim membiasakan membuat kupat dari kata kaffah yang berarti sempurna maka bila telah usai puasa dienam hari ucapkan "fayaa kaffi robbuna kaffi qosadna kaffi wajadna kaffi likulli kaffi kafaena kaffi wal nikmal kaffi alkhamdulillah"
ADAPUN HUKUM PUASA SYAWAL 6 HARI
Apa hukum puasa enam hari pada bulan syawal? Apa pahalanya? Apakah harus enam hari secara beruntun?
Jawaban Maulana Syaikh Ali Jum’ah:

  • Hukum puasa enam hari pada bulan Syawal ini adalah sunah menurut mayoritas ulama.Telah diriwayatkan dari Abu Ayub al-Anshari Ra. Bahwa Rasulullah Saw. Bersabda:من صام رمضان ثم أتْبَعَه ستا من شوال كان كصيام الدهرBarang siapa yang puasa Ramadan dan melanjutkannya dengan puasa enam hari pada bulan Syawal maka ia seolah-olah berpuasa setahun penuh. (HR. Muslim).
  • Keutamaan puasa Syawal:Orang yang puasa Ramadan dan dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal seakan-akan berpuasa satu tahun, karena -secara umum- puasa 30 hari Ramadan ditambah dengan 6 hari Syawal, dikali 10 (karena setiap satu kebaikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat) sama dengan 360, dan ini adalah jumlah hari dalam satu tahun Hijriah.Ini menunjukkan pada tiga hal:


  1. Puasa Syawal dapat menutupi kekurangan dalam menjalani puasa Ramadan.Para ulama memperhatikan bahwa puasa sunah Syawal bagi puasa wajib Ramadan bagaikan salat sunah ba`diyah (yang dilakukan setelah salat wajib). Begitu juga puasa sunah bulan Sya`ban sebelum puasa wajib Ramadan seperti halnya salat sunah qabliyah (yang dilakukan sebelum salat wajib). Ini semua berguna untuk menyempurnakan segala kekurangan dalam melaksanakan ibadah yang wajib.
  2.  Puasa Syawal adalah tanda diterimanya puasa Ramadan.Hal ini karena ibadah yang diterima adalah ibadah yang melahirkan ibadah selanjutnya. Insya Allah puasa Syawal adalah ketaatan yang dilahirkan oleh ketaatan puasa Ramadan. Semoga ini tanda diterimanya Ramadan.
  3. Puasa Syawal adalah tanda bahwa seorang yang telah puasa Ramadan tidaklah pernah lelah atau bosan puasa.

• Puasa enam hari bulan Syawal tidak harus enam hari secara beruntun, namun waktunya terbuka selama bulan Syawal. Maka kita boleh puasa Syawal sekaligus puasa sunah lainnya, seperti puasa senin dan kamis atau puasa ayyām bīdh, yaitu puasa tanggal 13, 14 dan 15. Namun lebih baiknya puasa secara langsung dan berurutan (dari tanggal 2 hingga 7 Syawal).
Mari kita segera puasa Syawal setelah selesainya hari raya Idul Fitri.
(Al-Fatāwā al-Ramdhāniyah, hal: 78-79)

ADAPUN PELAKSANAANNYA 
yang benar  dan terbaik adalah setelah sholat 'idhul fitri keesukan harinya lanjut puasa gangguan akan tetap ada jangan hiraukan gangguan ingat simukmin akan tetap diuji menurut kadar keimanan yang bersangkutan

DIKUTIP DARI https://www.facebook.com/Moh.Ashari02


FOTO  KEGIATAN SYAWAL 1438 H



KETUA RT 05/01  BERSAMA WAGGA MEGENGAN BODO  ENAKNYA MAKAN BERSAMA DIPAGI HARI SETELAH PUASA

KUULU 'AMMIN BAL ANTUM BIKHOIRIN
TAQOBALLAHU MINNA WANINKUM TAQOBAL YAA KARIM
BERSAMA BPK SUBIYANTO KEPUHRUBUH

BERSAMA SAUDARA TERTUA DARI 10 BERSAUDARA YANG DUA SUDAH TIADA

NASI KOTAK SATU SYAWAL 1438 H MUSHOLA BAITURROHMAN RT 0501 RONOWIJAYAN

KAKAK MERTUA LAKI LAKI  BUDE SUPARTI RONOWIJAYAN


AQIDAH

KARAKTERISTIK AQIDAH ISLAM
Aqidah Islam adalah Aqidah Rabbaniy (berasal dari Allah ) yang bersih dari pengaruh penyimpangan dan subyektifitas manusia. Aqidah Islam memiliki karakteristik berikut ini :

  1.  Al Wudhuh wa al Basathah ( jelas dan ringan) tidak ada kerancuan di dalamnya seperti yang terjadi pada konsep Trinitas dsb.
  2. Sejalan dengan fitrah manusia, tidak akan pernah bertentangan antara aqidah salimah (lurus) dan fitrah manusia. Firman Allah : "Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah.." QS. 30:30
  3.  Prinsip-prinsip aqidah yang baku, tidak ada penambahan dan perubahan dari siapapun. Firman Allah :"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan lain selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ?" QS. 42:21
  4. Dibangun di atas bukti dan dalil, tidak cukup hanya dengan doktrin dan pemaksaan seperti yang ada pada konsep-konsep aqidah lainnya. Aqidah Islam selalu menegakkan : "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar" QS 2:111
  5.  Al Wasthiyyah (moderat) tidak berlebihan dalam menetapkan keesaan maupun sifat Allah seperti yang terjadi pada pemikiran lain yang mengakibatkan penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya. Aqidah Islam menolak fanatisme buta seperti yang terjadi dalam slogan jahiliyah "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka" QS. 43:22

PENGERTIAN MA'RIFATULLAH
Ma'rifatullah (mengenal Allah) bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang terbatas ini mengenali sesuatu yang tidak terbatas?. Segelas susu yang dibikin seseorang tidak akan pernah mengetahui seperti apakah orang yang telah membuatnya menjadi segelas susu.

Menurut Ibn Al Qayyim : Ma'rifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul ma'rifah (orang-orang yang mengenali Allah) adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya".

Ma'rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun ma'riaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan gangguan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah.

CIRI-CIRI DALAM MA'RIFATULLAH
Seseorang dianggap ma'rifatullah (mengenal Allah) jika ia telah mengenali
1.asma' (nama) Allah
2. sifat Allah dan
3. af'al (perbuatan) Allah, yang terlihat dalam ciptaan dan tersebar dalam kehidupan alam ini.

Kemudian dengan bekal pengetahuan itu, ia menunjukkan :
  1. Sikap shidq (benar) dalam ber -mu'amalah (bekerja) dengan Allah,
  2. Ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya karena Allah,
  3. Pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan kotoran-kotoran jiwa yang membuatnya bertentangan dengan kehendak Allah SWT
  4. Sabar/menerima pemberlakuan hukum/aturan Allah atas dirinya
  5. Berda'wah/ mengajak orang lain mengikuti kebenaran agamanya
  6. Membersihkan da'wahnya itu dari pengaruh perasaan, logika dan subyektifitas siapapun. Ia hanya menyerukan ajaran agama seperti yang pernah diajarkan Rasulullah SAW.

Figur teladan dalam ma'rifatullah ini adalah Rasulullah SAW. Dialah orang yang paling utama dalam mengenali Allah SWT. Sabda Nabi : "Sayalah orang yang paling mengenal Allah dan yang paling takut kepada-Nya". HR Al Bukahriy dan Muslim. Hadits ini Nabi ucapkan sebagai jawaban dari pernyataan tiga orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan keinginan dan perasaannya sendiri.

Tingkatan berikutnya, setelah Nabi adalah ulama amilun ( ulama yang mengamalkan ilmunya). Firman Allah : "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama" QS. 35:28

Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid, pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang dan waktu larangan Allah kecuali ia menjauhinya.

Ada sebagian ulama yang mengatakan : "Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu' (randah hati), dari buruk hati menjadi nasehat"

URGENSI MA'RIFATULLAH
  1. Ma'rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena ma'rifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Ketiadaan ma'rifatullah membuat banyak orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang ternak). QS.47:1  
  2. Ma'rifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah (spiritual) manusia secara keseluruhan. Seorang yang mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia hidup dalam rentangan panjang antara bersyukur dan bersabar.Sabda Nabi : Amat mengherankan urusan seorang mukmin itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain mukmin, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia bersyukur" (HR.Muslim),Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya.
  3.  Dari Ma'rifatullah inilah manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal dan dekat dengan Allah.
  4.  Dari Ma'rifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh.
  5. Dari Ma'rifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini menuju kepada kehidupan Barzahiyyah (alam kubur) dan kehidupan akherat.

SARANA MA'RIFATULLAH
Sarana yang mengantarkan seseorang pada ma'rifatullah adalah :
a. Akal sehat
Akal sehat yang merenungkan ciptaan Allah. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur'an yang menjelaskan pengaruh perenungan makhluk (ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq (pencipta) seperti firman Allah : Katakanlah " Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. QS 10:101, atau QS 3: 190-191
Sabda Nabi : "Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu" HR. Abu Nu'aim

b. Para Rasul
Para Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan sejelas-jelasnya tentang ma'rifatullah dan konsekuensi-konsekuensinya. Mereka inilah yang diakui sebagai orang yang paling mengenali Allah. Firman Allah :
"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.." QS. 57:25

c. Asma dan Sifat Allah
Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan dengan seksama pancaran cahaya Allah. Firman Allah :
"Katakanlah : Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asma' al husna (nama-nama yang terbaik) QS. 17:110
Asma' al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk menggunakannya dalam berdoa. Firman Allah :
" Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma al husna itu..." QS. 7:180

Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia untuk mengenali Allah SWT (ma'rifatullah). Dan ma'rifatullah ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan tiga tingkatan tauhid, yaitu : tauhid rububiyyah, tauhid asma dan sifat. Kedua tauhid ini sering disebut dengan tauhid al ma'rifah wa al itsbat ( mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang ketiga yaitu tauhid uluhiyyah yang merupakan tauhid thalab (perintah) yang harus dilakukan.

PENGHARGAAN

tingkatan warok  WAROK DAN ZUHUD keduanya saling keterkaitan bagaikan dua sisi mata uang ada tiga tingkatan Warok Likulli lamkhatin wanafas...