WARO' DAN ZUHUD
راء - يراء - وراعة - مراء - وارعا - رعا
Jika anda mempunyai sikap Warok dan zuhud maka dunia terasa ringan anda tidak merara terbebani apapun karena ketika anda mendapatkan nikmat anda tidak bersenang sedang secara berlebih lebihan namun ketika anda mendapatkan cobakaan anda bersikap biasa saja tidak terlalu sedih.
Ahli Wara'
Allah swt. berfirman dalam Hadits Qudsi:
ياموسى إنه لن يلقاني عبدي حاضر القيامة الأفتشت عماني لهم وأدخله الجنة يد الورعين فالاستحييهم واجتهم وانخ بغير حساب
رواه الحاكم والترمدي »
Wahai Musa! Sesungguhnya hamba-Ku tidak akan me nemui-Ku di medan pengadilan hari qiamat kelak, kecuali pada sa'at Ku-periksa apa yang ada padanya, dan kecuali orang-orang wara'. Aku segan, pada mereka dan akan Ku-hormati mereka dan Ku-masukkan ke dalam surga tanpa hisab.
(HQR al-Hakim at-Turmudzi dalam kitabnya "Nawa dirul-Ushul" yang bersumber dari Abdullah Ibnu Abbas r.a.)
Allah swt. memberitahukan kepada kita bahwa Dia telah berkata kepada Nabi Musa a.s. tentang hisab di hari akhir. Setiap hamba pasti diperiksa dan diselidiki apa yang ada padanya, baik kebajikan maupun kejahatan. Pemeriksaan dilakukan dengan seteliti-telitinya, sampai pada yang sekecil-kecilnya. Jika didapati Nya telah dilakukan kebaikan dan kebajikan, dibalasnya dengan yang lebih baik, sebab Dia Maha Kaya, Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.
Bila didapatinya telah melakukan kejahatan dan kedurhakaan, dibalas-Nya dengan yang setimpal dengan dosanya:
فمن يعمل مثقال ذرة خيرايره ومن يعمل مثقال ذرة شرابر »
Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan walau seberat biji sawi pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Demi kian pula barangsiapa yang mengerjakan kejahatan walau seberat biji sawi, niscaya dia akan melihat balasannya. (Q.S. 99 al-Zalzalah: 7-8)
بلمز كسب سيئة وأحاطت بر خطيئته فأولئك أصحاب النار فيها خالدون والذين امنوا وعملوا الصالحات أولئك أصحاب م البقرة ۸۱-۸۲ » الجنة هم فيها خالدون
(Bukan demikian, tetapi) yang benar; Barangsiapa yang berbuat dosa dan dia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.
(Q.S. 2 al-Baqarah: 81-82)
Di dalam Hadits di atas disebutkan "pemeriksaan" padahal Allah swt. Maha Mengetahui apa yang tersembunyi di dalam lubuk hati seorang hamba-Nya. Kata-kata itu memperlihatkan betapa telitinya Allah swt. memeriksa hamba-Nya sehingga benar-benar adil dalam memutuskannya.
Selanjutnya dalam pemeriksaan dan penyelidikan pada hari qiamat itu ada yang mendapat pengecualian dari Allah swt. ialah orang-orang ahli wara'. Mereka ini adalah orang-orang yang taqwa kepada Allah swt. tanpa mencampur baurkan amalan yang baik dengan amalan yang jahat, menjauhi perbuatan yang syubhat, apa lagi yang terang haramnya. Mereka dapat menahan dirinya dari hal-hal yang menjerumuskan, dan benar-benar me milih kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapat pemeriksaan, karena Allah swt. tidak merasa perlu memeriksanya lagi, mereka di tempatkan pada tempat kehormatan dan kebesaran, lebih dari itu, mereka dimasukkan ke dalam surga-Nya tanpa melalui hisab.
Dalam tarikh diungkapkan bahwa Abu Bakar as-Shiddiq terkenal sebagai ahli wara'. Beliau seorang yang sangat teliti mengenai soal pakaian dan makanan. Apabila dihidangkan makanan, beliau tidak bisa begitu saja memakannya, tetapi diselidikinya terlebih dahulu apakah betul-betul halal? Beliau suka bertanya: "Dari mana atau dari siapa, dan bagaimana didapatnya". Setelah beliau yakin benar bahwa makanan itu halal, barulah dimakannya. Tetapi kalau tidak, atau beliau masih ragu-ragu, tidak segan-segan meminta ma'af untuk tidak memakannya atau mengucapkan terima kasih dan menahan diri daripadanya.
Pada suatu hari seorang abid datang membawa dan meng hidangkan makanan ke hadapan beliau. Kebetulan sekali pada sa'at itu beliau sedang dalam keadaan sangat lapar, sebab memang benar-benar tidak ada makanan di rumahnya.
Dengan pandangan seorang yang lapar melihat makanan yang tampaknya enak pula, beliau memulai makan, tanpa mengada kan tanya jawab atau penyelidikan sebagaimana biasanya. Setelah beberapa suap, beliau teringat dan berhenti makan. Beliau terus memanggil abid yang membawa dan menghidangkan makanan tadi dan menanyainya tentang sumber makanan itu. Dengan jujur abid itu menceritakan perihal makanan itu. Ternyata menurut pendapat beliau pada makanan itu terdapat sedikit syubhat (syubhat yang enteng). Dengan segera beliau lari ke luar sambil mencolokkan telunjuknya ke dalam kerongkongan untuk memuntahkannya kembali. Beliau usahakannya dengan bantuan air hangat, sehingga bersih benar.
Ketika beliau memuntahkan dan membersihkan mulutnya, ada orang yang melihat dan bertanya: "Apakah tuan lakukan semua ini dikarenakan hanya suatu suapan saja?" Beliau men jawab: "Demi Allah, jika makanan itu tidak mau keluar me lainkan dengan nafasku, niscaya akan kukeluarkan juga. Aku telah mendengar Nabi saw. bersabda:
كل لحم نبت من حرام فالتا اولى به « الحديث »
"Setiap daging yang tumbuh dari sumber yang haram, api neraka lebih berhak baginya".
Mengenai "Syubhat" ini Rasulullah saw. bersabda:
لحلال بين ولحرام بين وبينهما أمور مشتبهات لا يعلي كثير من ال فمن اتقى الشبهات فقد استبرالدينه وعرضه ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يقع فيـه الأوان لكل ملك حمى الأوان حمى الله محارمه الأوان والجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسالجسد الاوهي القلب
رواه الشيخان »
Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas. Di antara keduanya terdapat beberapa hal yang musytabih (syubhat), yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menjaga dirinya dari hal-hal yang syubhat, sesungguhnya ia telah berhasil men cari kebersihan bagi agamanya dan nama baiknya sendiri. Barangsiapa yang terjatuh kepada hal-hal yang syubhat, sesungguhnya ia telah terjatuh kepada hal yang haram, laksana seorang penggembala yang menggembalakan (binatang ternaknya) di sekitar tempat yang terlarang, (sesekali) segera akan terjatuh/masuk ke dalamnya.
Ketahuilah bahwa bagi setiap raja mempunyai tempat tempat larangan. Ketahuilah! bahwa larangan Allah ialah segala yang diharamkan-Nya. Ketahuilah! bahwa di dalam tubuh tiap orang terdapat segumpal daging yang apabila baik, maka baiklah tubuh itu seluruhnya dan apabila rusak, maka rusaklah tubuh itu seluruhnya. Ketahuilah! itu adalah hati.
(H.R. Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Nu' man bin Basyir).
أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ.“ رواه البخاري ومسلم.
Semoga Allah memberi taufiq kepada kita untuk taqwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya dan menjadi orang ahli wara'. Amin.
Waro' secara sederhana berarti meninggalkan perkara haram dan syubhat, itu asalnya. Para ulama seringkali memaksudkan waro’ dalam hal meninggalkan perkara syubghat (شبغة) dan perkara mubah yang berlebih-lebihan, juga meninggalkan perkara yang masih samar hukumnya.
Waro' secara bahasa berasal dari kata : وَرِعَ , يَرِع diambil dari kata ( ورع ) yang berarti“menahan” atau “tergenggam”. Sedangkan secara istilah waro' mengandung pengertian menahan diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan madharat lalu menyeretnya kepada hal-hal yang haram dan syubhat. Orang yang waro' disebut wari’un wa mutawari’un.
Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan waro’. Menurut Ibnu Waris waro’ berarti menjaga diri, yaitu menjaga diri dari hal-hal yang tidak layak untuk dilakukan.
Waringin dipekaranganku
ZUHUD
Keterlepasan hati terhadap selain Alloh, Zuhud adalah tidak merasa putus asa tatkala harta benda dunia terlepas dari genggaman dan tidak merasa senang ketika ada perkara dunia yang datang.
https://youtu.be/yih-rcUge8k Istighfarnya abu Nuwas by Moh. Ashari