RELEGIUS & HUMANS REELIZATIONS SHIP ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكَوٰةٍۢ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ ٱلْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ ۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌۭ دُرِّىٌّۭ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍۢ مُّبَٰرَكَةٍۢ زَيْتُونَةٍۢ لَّا شَرْقِيَّةٍۢ وَلَا غَرْبِيَّةٍۢ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۭ ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍۢ ۗ يَهْدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَٰلَ لِلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۭ
पंचा प्रस्त्य korpri
Fri, 02/11/2007 - 11:23am — godam64
Pegawai Negeri Sipil atau PNS memiliki lima butir janji atau komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintah dan Masyarakat umum. PNS secara non kedinasan tergabung dalam wadah Korpri. Panca Prasetya Korpri disebut juga sebagai sumpah / janji pegawai negri sipil yang bertujuan agar dapat menciptakan sosok PNS yang profesional, jujur, bersih dari segala korupsi, kolusi, nepotisme, berjiwa sosial, dan sebagainya.
Panca Prasetya Koprs Pegawai Republik Indonesia :
Kami anggota KORPRI yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, adalah insan yang :
1. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara serta memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia negara.
3. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan.
4. Bertekad memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta kesetiakawanan Korps Pegawai Republik Indonesia.
5. Berjuang menegakkan kejujuran dan keadilan, serta meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme.
इल्मुं & ilham
Dikutip dari ikhyaul ulumudin karya Imam Ghozali
Oleh MOHAMMAD ASHARI, SSos,MM
Ilmu yang tidak dhoruri dan hanya berhasil dihati pada suatu keadaan berbeda-beda hasilnya ada yang dilemparkan kehati tanpa mengetahui dan ada yang mencari dalil dan belajar
Yang dihasilkan tidak dengan usaha dan mencari dalil itu dinamakan ILHAM. Sedang yang dihasilkan dengan mencari dalil dinamakan I’tibar dan Istibar. Kemudian yang jatuh didalam hati tanpa usaha belajar, kerajinan dari seorang hamba itu terbagi kepada apa yang diketahui hamba, bagaimana ia menghasilkannya dan dari mana ia menghasilkannya, dan kepada apa yang datang secara tiba-tiba bersamanya diperoleh lewat penyaksian malaikat yang melemparkan kedalam hati hal ini dinamakan ilham dan bisikan dihati, diberikan kepada waliyulloh dan orang-orang pilihanNya, dan yang kedua yakni penyaksian malaikat dinamakan wahyu khusus diberikan kepada nabi, sedangkan mencari dalil itu bagi para ulama’.
Pada hakekatnya hati itu telah siap memantulkan cahaya ilahiyah namun karena terhijab oleh lima perkara lima sebab itu seperti dinding yang terbentang merintangi antara cermin hati dan lauhul makhfudz yang diukir dengan ketentuan Alloh sampai kiamat
Lima hijab tersebut : Dosa-dosa yang kita perbuat, cinta akan dunia dan takut mati, keyakinan yang kita anut, menutup diri dari kebenaran yang lain, sifat-sifat hati yang tercela, riya’ sum,ah takabur, khibir pendengki,
Ilmu itu bisa berhasil dihati lewat perantara Malaikat seperti didalam syuroh Asyuro:
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Alloh bekata-kata dengan dia kecuali dengan perantara wahyu atau dibelakang tabir atau mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinnya yang dikehendaki” (Q. S. Asyurro)
Kecenderungan orang-orang ahli tasafuf itu kepada ilmu-ilmu Ilhamiyyah yang diperoleh dari ilham bukan ta’limiyah yang diperoleh dari belajar. Dengan cara Mujahadah melawan keinginan –keinginan hawa nafsu, menghapus sifat-sifat tercela, memutuskan hubungan keduniaan serta mengadapkan sepenuhnya cita-citanya kepada Alloh. Apa bila mujahadah ini berhasil maka Allohlah yang menguasai hatinya dan menanggungnya dan disinarinya dengan cahaya-cahaya ilmu, apabila Alloh menguasai urusan hati niscaya rohmat melimpah, cahaya cemerlang didalam hati dada terbuka , rahasia alam malakut tersingkap baginya hijab hilang dari muka hati kita dengan kehalusan rahmatnya hakekat urusan ilahiyah bersinar didalamnya.
AQIDAH
Aqidah Islam adalah Aqidah Rabbaniy (berasal dari Allah ) yang bersih dari pengaruh penyimpangan dan subyektifitas manusia. Aqidah Islam memiliki karakteristik berikut ini :
- Al Wudhuh wa al Basathah ( jelas dan ringan) tidak ada kerancuan di dalamnya seperti yang terjadi pada konsep Trinitas dsb.
- Sejalan dengan fitrah manusia, tidak akan pernah bertentangan antara aqidah salimah (lurus) dan fitrah manusia. Firman Allah : "Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah.." QS. 30:30
- Prinsip-prinsip aqidah yang baku, tidak ada penambahan dan perubahan dari siapapun. Firman Allah :"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan lain selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ?" QS. 42:21
- Dibangun di atas bukti dan dalil, tidak cukup hanya dengan doktrin dan pemaksaan seperti yang ada pada konsep-konsep aqidah lainnya. Aqidah Islam selalu menegakkan : "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar" QS 2:111
- Al Wasthiyyah (moderat) tidak berlebihan dalam menetapkan keesaan maupun sifat Allah seperti yang terjadi pada pemikiran lain yang mengakibatkan penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya. Aqidah Islam menolak fanatisme buta seperti yang terjadi dalam slogan jahiliyah "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka" QS. 43:22
PENGERTIAN MA'RIFATULLAH
CIRI-CIRI DALAM MA'RIFATULLAH
Seseorang dianggap ma'rifatullah (mengenal Allah) jika ia telah mengenali
1.asma' (nama) Allah
2. sifat Allah dan
3. af'al (perbuatan) Allah, yang terlihat dalam ciptaan dan tersebar dalam kehidupan alam ini.
Kemudian dengan bekal pengetahuan itu, ia menunjukkan :
- Sikap shidq (benar) dalam ber -mu'amalah (bekerja) dengan Allah,
- Ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya karena Allah,
- Pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan kotoran-kotoran jiwa yang membuatnya bertentangan dengan kehendak Allah SWT
- Sabar/menerima pemberlakuan hukum/aturan Allah atas dirinya
- Berda'wah/ mengajak orang lain mengikuti kebenaran agamanya
- Membersihkan da'wahnya itu dari pengaruh perasaan, logika dan subyektifitas siapapun. Ia hanya menyerukan ajaran agama seperti yang pernah diajarkan Rasulullah SAW.
URGENSI MA'RIFATULLAH
- Ma'rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena ma'rifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Ketiadaan ma'rifatullah membuat banyak orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang ternak). QS.47:1
- Ma'rifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah (spiritual) manusia secara keseluruhan. Seorang yang mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia hidup dalam rentangan panjang antara bersyukur dan bersabar.Sabda Nabi : Amat mengherankan urusan seorang mukmin itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain mukmin, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia bersyukur" (HR.Muslim),Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya.
- Dari Ma'rifatullah inilah manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal dan dekat dengan Allah.
- Dari Ma'rifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh.
- Dari Ma'rifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini menuju kepada kehidupan Barzahiyyah (alam kubur) dan kehidupan akherat.
SARANA MA'RIFATULLAH
Sarana yang mengantarkan seseorang pada ma'rifatullah adalah :
a. Akal sehat
Perbedaan antara ilham dan Belajar dalam Mengungkap kebenaran
Dikutip dari ikhyaul ulumudin karya Imam Ghozali
Oleh MOHAMMAD ASHARI, SSos,MM
IIlmu yang tidak dhoruri dan hanya berhasil dihati pada suatu keadaan berbeda-beda hasilnya ada yang dilemparkan kehati tanpa mengetahui dan ada yang mencari dalil dan belajar
Yang dihasilkan tidak dengan usaha dan mencari dalil itu dinamakan ILHAM. Sedang yang dihasilkan dengan mencari dalil dinamakan I’tibar dan Istibar. Kemudian yang jatuh didalam hati tanpa usaha belajar, kerajinan dari seorang hamba itu terbagi kepada apa yang diketahui hamba, bagaimana ia menghasilkannya dan dari mana ia menghasilkannya, dan kepada apa yang datang secara tiba-tiba bersamanya diperoleh lewat penyaksian malaikat yang melemparkan kedalam hati hal ini dinamakan ilham dan bisikan dihati, diberikan kepada waliyulloh dan orang-orang pilihanNya, dan yang kedua yakni penyaksian malaikat dinamakan wahyu khusus diberikan kepada nabi, sedangkan mencari dalil itu bagi para ulama’.
Pada hakekatnya hati itu telah siap memantulkan cahaya ilahiyah namun karena terhijab oleh lima perkara lima sebab itu seperti dinding yang terbentang merintangi antara cermin hati dan lauhul makhfudz yang diukir dengan ketentuan Alloh sampai kiamat
Lima hijab tersebut : Dosa-dosa yang kita perbuat, cinta akan dunia dan takut mati, keyakinan yang kita anut, menutup diri dari kebenaran yang lain, sifat-sifat hati yang tercela, riya’ sum,ah takabur, khibir pendengki,
Ilmu itu bisa berhasil dihati lewat perantara Malaikat seperti didalam syuroh Asyuro:
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Alloh bekata-kata dengan dia kecuali dengan perantara wahyu atau dibelakang tabir atau mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinnya yang dikehendaki” (Q. S. Asyurro)
Kecenderungan orang-orang ahli tasafuf itu kepada ilmu-ilmu Ilhamiyyah yang diperoleh dari ilham bukan ta’limiyah yang diperoleh dari belajar. Dengan cara Mujahadah melawan keinginan –keinginan hawa nafsu, menghapus sifat-sifat tercela, memutuskan hubungan keduniaan serta mengadapkan sepenuhnya cita-citanya kepada Alloh. Apa bila mujahadah ini berhasil maka Allohlah yang menguasai hatinya dan menanggungnya dan disinarinya dengan cahaya-cahaya ilmu, apabila Alloh menguasai urusan hati niscaya rohmat melimpah, cahaya cemerlang didalam hati dada terbuka , rahasia alam malakut tersingkap baginya hijab hilang dari muka hati kita dengan kehalusan rahmatnya hakekat urusan ilahiyah bersinar didalamnya.
perbedaan ilham dan belajar jalan ahli sufi dalam mengingkap kebenaran
PERBEDAAN ANTARA ILHAM DAN BELAJAR SERTA PERBEDAAN JALAN ORANG AHLI SHUFI DALAM MENYINGKAP KEBENARAN DAN JALAN ORANG AHLI TEORI
Dikutip dari ikhyaul ulumudin karya Imam Ghozali
Oleh MOHAMMAD ASHARI, SSos,MM
IIlmu yang tidak dhoruri dan hanya berhasil dihati pada suatu keadaan berbeda-beda hasilnya ada yang dilemparkan kehati tanpa mengetahui dan ada yang mencari dalil dan belajar
Yang dihasilkan tidak dengan usaha dan mencari dalil itu dinamakan ILHAM. Sedang yang dihasilkan dengan mencari dalil dinamakan I’tibar dan Istibar. Kemudian yang jatuh didalam hati tanpa usaha belajar, kerajinan dari seorang hamba itu terbagi kepada apa yang diketahui hamba, bagaimana ia menghasilkannya dan dari mana ia menghasilkannya, dan kepada apa yang datang secara tiba-tiba bersamanya diperoleh lewat penyaksian malaikat yang melemparkan kedalam hati hal ini dinamakan ilham dan bisikan dihati, diberikan kepada waliyulloh dan orang-orang pilihanNya, dan yang kedua yakni penyaksian malaikat dinamakan wahyu khusus diberikan kepada nabi, sedangkan mencari dalil itu bagi para ulama’.
Pada hakekatnya hati itu telah siap memantulkan cahaya ilahiyah namun karena terhijab oleh lima perkara lima sebab itu seperti dinding yang terbentang merintangi antara cermin hati dan lauhul makhfudz yang diukir dengan ketentuan Alloh sampai kiamat
Lima hijab tersebut : Dosa-dosa yang kita perbuat, cinta akan dunia dan takut mati, keyakinan yang kita anut, menutup diri dari kebenaran yang lain, sifat-sifat hati yang tercela, riya’ sum,ah takabur, khibir pendengki,
Ilmu itu bisa berhasil dihati lewat perantara Malaikat seperti didalam syuroh Asyuro:
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Alloh bekata-kata dengan dia kecuali dengan perantara wahyu atau dibelakang tabir atau mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinnya yang dikehendaki” (Q. S. Asyurro)
Kecenderungan orang-orang ahli tasafuf itu kepada ilmu-ilmu Ilhamiyyah yang diperoleh dari ilham bukan ta’limiyah yang diperoleh dari belajar. Dengan cara Mujahadah melawan keinginan –keinginan hawa nafsu, menghapus sifat-sifat tercela, memutuskan hubungan keduniaan serta mengadapkan sepenuhnya cita-citanya kepada Alloh. Apa bila mujahadah ini berhasil maka Allohlah yang menguasai hatinya dan menanggungnya dan disinarinya dengan cahaya-cahaya ilmu, apabila Alloh menguasai urusan hati niscaya rohmat melimpah, cahaya cemerlang didalam hati dada terbuka , rahasia alam malakut tersingkap baginya hijab hilang dari muka hati kita dengan kehalusan rahmatnya hakekat urusan ilahiyah bersinar didalamnya.
PENGHARGAAN
SEJARAH PRESIDEN RI
SEJARAH REPUBLIN INDONESIA LINK YOTYBE SEJARAH INDONESIA i. SUKARNO https://www.youtube.com/watch?v=zfADyxco8xc ii. ...
-
Dhurriyat / Nasab Penulis MOHAMMAD AZHARI, S.Sos,MM Nama Lahir : KHOTAMIN (KATEMIN) Oleh mhah saya di ganti MOMAMMAD AZHARI Disingkat MO...
-
Rencana Pernikahan Putri Kami : MAULADAH USWATUL KHASANAH, Amd.Ak, S.M Dengan ROVOCO ROSANDI, Amd.p.j, S.M Direncanakan akan digelar b...
-
malam 23 romodhon 1438 h selatan masjid tegalsari 23 romadhon 1438 h menara masjid tegal sari proses pembangunan 60 % ...