Tawadlu’ karena Allah
Allah swt. Berfirman dalam Hadits Qudsi yang diragakan oleh
Rasulullah saw.:
من تواضع لهكذا وجعل النبي صل الله
عليه وسلم كغه إلى الأرض رفعته هكذا وجعل بطن كغه الى السماء
رواه احمد وغيره )
Barangsiapa yang tawadlu’ karena Aku, seperti begini lalu
Rasulullah saw. Mengisyaratkan dengan menelungkup kan tangannya ke bumi –
niscaya Aku angkat seperti ini (lalu Nabi) saw. Membalikkan telapak tangannya
yang tadi dan mengangkatnya ke arah langit).
(HQR. Ahmad Bazzar, Abu Ya’la dan Thabarani dalam al-Ausath
yang bersumber dari Umar r.a.)
Tawadlu’ ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh
sungguh dan menjauhi perbuatan takabbur (sombong) ganas, ataupun membangkang,
tawadlu’ itu merupakan salah satu sifat Mu’min yang termasuk Shadiqien.
Para Ulama membagi tawadlu’ menjadi tiga tingkat :
a.
Tawadlu’ kepada Agama,
yaitu sikap tidak menentang keterangan-keterangan yang dinukil dari Allah dan
Rasul-Nya dengan alasan akal ratio, tidak mencela argumentasi Agama dan tidak
menimbulkan terjadinya khilafiah (perselisihan pendapat).
b.
Sikap rela menjadikan
sesama Muslimin sebagai saudara nya, selama Allah menganggap orang tersebut
sebagai hamba Nya.
c.
Merendahkan diri kepada
yang haq yang datang dari Allah semata serta tunduk, ta’at dan patuh kepada
hukum-hukum-Nya dan tidak membangkang sama sekali.
Dalam al-Quran kita dapati ayat-ayat yang menggalakkan dan
mengajak manusia bersifat tawadlu’.
وعبادالرحمن الذين يمشون على الارض
هوناواذا خاطبهم الجاهلون قالو
سلاماً «الفرقان 63 »
Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang ialah orang-orang
yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang
yang jahil mengajak bertengkar dengan mereka, mereka balas dengan ucapan ucapan
bijaksana.
(Q.S.25 al-Furqin : 63)